Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan semester. Shila merasa rindu pada teman-teman sekelasnya. Maklum selama liburan Shila dan keluarganya pergi ke rumah saudaranya di Banten, jadi ia tak sempat pergi dengan teman-temannya selama liburan. Seperti biasa Shila berangkat sekolah dengan motor Mio putihnya, motor kesayangan yang selalu ia bawa kemana-mana. Hari ini rasanya ada yang berbeda. Entah kenapa perasaan Shila menjadi tak tenang. Beberapa menit berlalu dan ia pun sampai di sekolah. Rupanya di sekolah sudah rame siswa-siswi berdatangan. Shila pun memarkirkan motornya di tempat parkir kelas XI dan bergegas menuju kelas. Dengan senyum yang sumringah ia memasuki kelas. Disapanya teman-teman sekelas yang sedang melakukan aktifitasnya sendiri-sendiri. Seketika semua diam. Mereka hanya menatap Shila dengan tatapan datar lalu mengalihkan pandangan dan kembali pada aktifitasnya masing-masing. Senyum Shila seketika luntur, bibirnya ditekuk ke bawah. Kini perasaan aneh yang sedari tadi ia rasakan telah terjawab. Tapi kenapa, ada apa dengan teman-temannya ini? Apa ada kesalahan yang ia lakukan tanpa ia sadari? Otaknya berpikir keras coba memecahkan kebuntuan yang dialaminya ini. Shila pun memutuskan untuk duduk di kursi tempat biasa ia duduk, bersebelahan dengan Disna. Ia mencoba bertanya dengan Disna siapa tahu Disna mau menjelaskan tentang apa yang terjadi. Namun ketika Shila baru saja duduk dikursinya, Disna justru pergi menuju ke arah teman-teman yang lain tanpa melirik sedikitpun ke arah Disna. Hati Shila merasa sakit. Bahkan teman sebangkunya saja enggan melirik ke arahnya.
"Ada apa sebenarnya dengan teman-teman? Kesalahan apa yang sudah kuperbuat sampai mereka jadi sepeti ini padaku?" batinnya dalam hati.